>
Sumatera Barat tidak hanya indah di Ibu Kota Padang, sebab Payakumbuh juga menawarkan keindahan tidak kalah hebat. Anda hanya perlu berkendara sekira 2,5 jam atau sejauh 125 km untuk mencicipi keindahan alam yang menyegarkan mata dan menentramkan hati.
Payakumbuh merupakan Ibu Kota Kabupaten Limapuluh Kota. Tempat ini dikelilingi lembah luas
dan lahan subur untuk pertanian di utara Gunung Malintang.
Alam Payakumbuh adalah obat alami berdosis tinggi untuk menyegarkan jiwa dan pikiran Anda dari kepenatan dan hiruk pikuk aktivitas keseharian. Keindahan hamparan sawah hijau, hutan tropis lebat, dan lembah yang menawan menanti Anda di sini. Jalanannya berkelok-kelok dengan pemandangan Gunung Singgalang.
Berikutnya, keberadaan kolonial Belanda di Payakumbuh tidaklah lepas dari peran masyarakatnya selama Perang Padri 1803-1821. Kota Payakumbuh dibangun pemerintah kolonial Hindia Belanda sejak keterlibatan mereka dalam Perang Padri.
Salah satu kawasan di dalam kota ini yang paling tua dibangun adalah Nagari Aie Tabik, serta jembatan batu yang dibangun pada 1840 untuk menghubungkan kawasan tersebut dengan pusat Kota Payakumbuh sekarang ini. Jembatan ini sekarang dikenal dengan nama Jembatan Ratapan Ibu. Payakumbuh kemudian berkembang menjadi depot penyimpanan kopi dan salah satu distrik administrasi pemerintah Hindia Belanda.
Sekarang, Payakumbuh merupakan daerah pusat pemasaran dan sentra ekonomi untuk kabupaten dan kota di sekitarnya, seperti Kabupaten Limapuluh Kota, Tanah Datar, Agam, dan Kota Bukittinggi. Kota Payakumbuh memiliki julukan sebagai “Kota Usaha” karena masyarakatnya yang mayoritas adalah pedagang dan wirausaha.
Seperti kota lainnya di Sumatera Barat, Payakumbuh memiliki pertunjukan tradisional randai yang menggabungkan seni bela diri, alunan lagu, dan musik tradisional. Randai umumnya ditampilkan dalam upacara adat atau pagelaran seni. Kota ini juga memiliki alat musik talempong dan saluang, alat musik tradisional serupa gamelan dan suling dari Jawa. Ada juga pertunjukan pacu itik yang setiap tahunnya diselenggarakan di nagari-nagari dalam kota ini.
-->
Payakumbuh merupakan Ibu Kota Kabupaten Limapuluh Kota. Tempat ini dikelilingi lembah luas
dan lahan subur untuk pertanian di utara Gunung Malintang.
Alam Payakumbuh adalah obat alami berdosis tinggi untuk menyegarkan jiwa dan pikiran Anda dari kepenatan dan hiruk pikuk aktivitas keseharian. Keindahan hamparan sawah hijau, hutan tropis lebat, dan lembah yang menawan menanti Anda di sini. Jalanannya berkelok-kelok dengan pemandangan Gunung Singgalang.
Sejarah Payakumbuh
Sejarah Payakumbuh telah dimulai dengan saksi bisu berupa bebatuan megalit dari masa prasejarah tersebar di berbagai tempat di Limapuluh Kota termasuk di Payakumbuh. Bebatuan ini disusun dan diukir manusia prasejarah yang tidak diketahui asal-usulnya. Bukti inilah yang menunjukan bahwa keberadaan Payakumbuh sudah ada sejak ratusan tahun lalu.Berikutnya, keberadaan kolonial Belanda di Payakumbuh tidaklah lepas dari peran masyarakatnya selama Perang Padri 1803-1821. Kota Payakumbuh dibangun pemerintah kolonial Hindia Belanda sejak keterlibatan mereka dalam Perang Padri.
Salah satu kawasan di dalam kota ini yang paling tua dibangun adalah Nagari Aie Tabik, serta jembatan batu yang dibangun pada 1840 untuk menghubungkan kawasan tersebut dengan pusat Kota Payakumbuh sekarang ini. Jembatan ini sekarang dikenal dengan nama Jembatan Ratapan Ibu. Payakumbuh kemudian berkembang menjadi depot penyimpanan kopi dan salah satu distrik administrasi pemerintah Hindia Belanda.
Kota Payakumbuh
Kota Payakumbuh memiliki luas 80,42 km2 dan merupakan kota kedua terbesar di Sumatera Barat setelah Padang. Payakumbuh terbagi tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Payakumbuh Barat, Payakumbuh Timur, dan Payakumbuh Utara. Letak Payakumbuh berada di pintu gerbang timur dari arah Pekanbaru sehingga menjadikan kota ini jalur strategis menuju kota-kota penting di Sumatera Barat.Sekarang, Payakumbuh merupakan daerah pusat pemasaran dan sentra ekonomi untuk kabupaten dan kota di sekitarnya, seperti Kabupaten Limapuluh Kota, Tanah Datar, Agam, dan Kota Bukittinggi. Kota Payakumbuh memiliki julukan sebagai “Kota Usaha” karena masyarakatnya yang mayoritas adalah pedagang dan wirausaha.
Seperti kota lainnya di Sumatera Barat, Payakumbuh memiliki pertunjukan tradisional randai yang menggabungkan seni bela diri, alunan lagu, dan musik tradisional. Randai umumnya ditampilkan dalam upacara adat atau pagelaran seni. Kota ini juga memiliki alat musik talempong dan saluang, alat musik tradisional serupa gamelan dan suling dari Jawa. Ada juga pertunjukan pacu itik yang setiap tahunnya diselenggarakan di nagari-nagari dalam kota ini.
-->
Post a Comment