Gedong Songo: Pesona Candi di Lereng Gunung

|| || , || Leave a comments


Jalanan berkelok, naik turun, dan semilir angin yang menerobos jendela mobil akhirnya mengantar kami sampai di pelataran parkir. Candi Gedong Songo. Inilah tujuan kami. Wisata budaya berupa komplek candi yang berada di kaki gunung Ungaran, tepatnya di desa Candi, Kecamatan Ambarawa yang berjarak 9 km dari kota Ambarawa dan 12 km dari kota Ungaran.

Nama candi ini cukup unik: Gedong Songo. Nama diberikan ini menyembunyikan cerita sejarah yang cukup unik pula. Gedong Songo berasal dari kata Gedong yang berarti bangunan dan Songo yang berarti sembilan. Mulanya, kompleks candi ini diberi nama Gedong Pitoe. Dinamakan demikian karena ketika Raffles [1804] menemukan candi ini terdapat tujuh kelompok bangunan. Dalam ekspolorasi berikutnya, ditemukan tidak hanya tujuh bangunan, tetapi ada sembilan bangunan. Jadilah naman Gedong Songo. Sejarah pendirian kompleks candi ini belum diketahui secara pasti. Menilik dari bentuk seni bangunan, para ahli menafsirkan pendirian candi Gedong Songo hampir semasa dengan kompleks candi di Dieng yang dianggap candi Hindu tertua di Jawa Tengah. Dengan demikian candi Gedong Songo dibuat dalam kurun waktu abad ke VII -IX Masehi, pada masa pemerintahan Syailendra.

Keunikan Candi Gedong Songo


Keunikan lain dari candi ini adalah letak candi yang terletak di lereng gunung. Suguhan pemandangan yang indah dengan hawanya yang sejuk dan segar menjadi daya tarik untuk melepaskan kepenatan. Keberadaan taman-taman dan pohon-pohon yang rindang dapat menajdi sarana untuk beristirahat sembari menikmati suasana dan keindahan alam. Begitu masuk gerbang masuk, pepohonan yang rindang dan taman yang tertata rapi telah menyambut. Suasana khas pedesaan seolah menyingkirkan segala beban dan penatnya pekerjaan. Pikiran menjadi segar dan fresh.

Aktivitas Wisata di Candi Gedong Songo

Petuangan dimulai dari bagian paling bawah. Kelompok 1, hanya terdiri dari sebuah bangunan yang menghadap kebarat. Bangunan Candi terbagi tiga bagian yaitu kaki, tubuh dan bangunan. Bilik candi berdenah bujur sangkar dan tengahnya terdapat yoni atau patung Dewa Siwa. Pada bagian dalam dinding bilik terdapat relung-relung, yang pada saat ini sudah tidak ada arca-arcanya.

Kelompok II, terdiri dari 2 (dua) buah bangunan induk berhadapan dengan sebuah Candi Perwara yang telah runtuh. Bangunan induk ini dihiasi dengan pelipit pelipit yang menonjol keluar. Atap candi bertingkat dilengkapi menara sudut. Ada relung-relung kecil yang dihiasi dengan hiasan sosok tubuh seorang wanita yang sedang duduk dan sosok tubuh laki-laki.

Kelompok III, terletak yang lebih tinggi dibandingkan dengan letak candi kelompok I dan II. Kelompok candi ini terdiri dari tiga buah bangunan, yaitu sebuah candi induk yang menghadap ke barat, sebuah candi apit yang terletak di sebelah kanannya, dan sebuah candi perwara yang menghadap kearah candi induknya. Bangunan di kelompok ini masih utuh, termasuk hiasan-hiasan yang ada pada setiap relung.  Relung dinding candi sisi utara berisi arca Dhurga mahisasuramardhini, relung selatan berisi arca Agastya, dan relung timur berisi arca Ganeca. Pada dinding sebelah kiri-kanan pintu masuk juga terdapat relung yang juga terdapat arca Nandiswara dan juga Mahakala. Bilik utama candi pada saat ini sudah kosong.

Dari kompleks ini kita akan mencium bau belerang. Memang disela-sela antara Candi Gedong III dengan Gedong IV terdapat sebuah kepundan gunung sebagai sumber air panas. Kita dapat mandi dan menghangatkan tubuh di sebuah pemandian yang dibangun di dekat kepunden tersebut. Bau belerangnya cukup kuat dan kepulan asapnya lumayan tebal ketika mendekati sumber air panas tersebut. Kepundan ini menyembunyikan sebuah misteri. Menurut cerita penduduk sekitar, konon sumber air panas ini dijaga oleh makhluk bernama Nyai Gayatri. Nyai Gayatri adalah salah satu dayang dari Raja Sima. Setelah meninggal, arwah Nyai Gayatri mendiami mata air ini. Mitos yang banyak beredar, mata air ini dapat membantu menyembuhkan penyakit bagi orang yang mandi di mata air ini.

Dari kepundan ini, kita bisa melanjutkan perjalanan menuju bangunan ke empat. Kelompok IV, hanya tinggal sebuah candi induk yang menghadap ke barat. Di sebelah kanan-kiri pintu masuk terdapat relung-relung. Selanjutnya bangunan kelompok V. Kelompok bangunan terletak paling tinggi. Diperkirakan dahulu terdapat banyak bangunan. Namun kini tinggal sebuah bangunan saja. Candi induk kelompok V ini mempunyai keunikan yaitu pada bagian dalam kaki di isi dengan tanah. Isian tanah ini jelas berbeda dengan bangunan lain yang berisi batu.

Sejarah Candi Gedong Songo

Dari sembilan candi yang ada, yang masih utuh sekarang hanya tinggal 5 (lima) bangunan candi. 4 (empat) candi yang lain tinggal berupa berupa pondasi dan reruntuhan bangunan. Candi-candi itu telah mengalami pemugaran-pemugaran. Candi Gedong I dan Gedong II telah dipugar pada tahun 1928 - 1929 dan 1930 - 1931. Sedangkan candi Gedong III, IV dan V dipugar pada tahun 1977 - 1983 .

Menilik bentuk dan ornamen yang ada, Candi Gedong Songo merupakan kelompok percandian yang bercorak Hindu. Hal ini dapat diketahui berdasarkan arca dan relief yang menempati relung-relung bangunan candi. Seperti arca Ciwa Mahadewa , ciwa mahaguru, ganeca, durga mahisasuramardhini, nadiswara dan mahakala serta yoni yang terdapat pada bilik candi.

Meski lelah mengitari kompleks candi Gedong Songo ini, namun ada rasa puas dan nikmat. Keindahan yang dinikmati mengalahkan rasa lelah. Kami melepaskan lelah dengan beristirahat di bawah. Di sekitar kompleks candi kelompok I dibangun taman yang rapi dan pohon-pohon yang rindang. Anda bisa menikmati keindahan itu. Sembari menikmati jagung bakar, kami menghabiskan waktu sembari bercanda dan ngobrol dengan sang penjualnya. Meski pun kami tidak membawa tikar untuk alas duduk, namun kami tak perlu khawatir. Ada banyak penduduk yang menjual jasa menyewakan tikar.
-->
/[ 0 comments Untuk Artikel Gedong Songo: Pesona Candi di Lereng Gunung]\

Post a Comment